Senin, 05 Desember 2011

Atribusi


Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (baron dan bryne, 1979). Mengapa manusia melakukan atribusi?? Menurut myers (1996), kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu (ada sifat ilmuwan pada manusia), termasuk apa yang ada di balik perilaku orang lain.
Atribusi mengenai orang lain biasanya mengacu pada atibusi tentang perilaku orang lain. Pertanyaan penting yang muncul disini adalah “kapan kita mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan seseorang benar-benar menunjukkan disposisinya, seperti kepribadian, sikap, suasana hati, atau kondisi internal lainnya?” sebaliknya, kapankah kita mengatakan bahwa seseorang melakukan sesuatu karena ada atribusi situasional yang melatarbelakanginya.

     


Kita tahu bahwa orang tidak selalu mengatakan atau melakukan hal yang memang benar-benar mereka yakini. Kadangkala kita sendiri suka mencoba tersenyum dan bersikap riang pada anak yang menyambut kita sepulang kantor di sore hari. Padahal kita tahu benar bahwa pada saat itu kita amat lelah setelah bekerja seharian. Akan tetapi, kita tetap mencoba untuk tersenyum dan menghilangkan rasa lelah itu di depan anak-anak.
Jadi, bagaimana kita bisa tahu saat seseorang memang benar-benar melakukan apayang ada dalm hatinya?
Ada prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan hal tersebut:

1.    Prinsip yang menyebutkan bahwa pertama-tama kita harus tahu benar bahwa tidak ada factor eksternal dari dirinya yang membuatnya mampu melakukan satu tindakan tertentu. Misalnya, dalam kasus di atas, pastikan benar bahwa tidak ada satu pihak pun yang mengancam orang itu untuk tersenyum dan tetap bersikap riang di sepan anak-anaknya meskipun telah lelah bekerja. Apakah benar bahwa tidak ada orang yang memaksanya untuk melakukan itu? Kalau memang ada, berarti tindakan yang dilakukan itu berdasarkan pada faktor eksternal. Katakanlah, istri atau suaminya memaksanya untuk melakukan itu. Sebaliknya, jika tidak ada satu pun faktor eksternal yang kita temukan, baru kita mencari atribusi internal di dirinya. Dari situ kita bias menyimpulkan, berarti orang itu memang benar-benar menyayangi anak-anaknya atau orang itu memiliki prinsip bahwa keluarga adalah segalanya.

2.    Faktor lain yan juga penting dalam melihat perilaku seseorang adalah dari harapan atau dugaan yang kita miliki tentang perilaku seseorang berdasarkan informasi yang telah kita miliki tentang orang itu. Informasi tertentu itu bias membuat kita lebih mengenalnya daripada ketika melihatnya melakukan suatu hal. Kita bisa saja mendengar seseorang membicarakan masalah tertentu sebelumnya, atau kita mungkin pernah mendengarnya membicarakan masalah lain yang berhubungan dengan itu. Berbagai informasi tambahan tentang seseorang bisa membantu kita membentuk atribusi tertentu terhadap orang itu. Misalnya saja, selama ini anda tahu benar bahwa teman anda adalah seorang pendukung gerakan persamaan hak perempuan di masyarakat. Suatu saat anda bertemu dengan orang tuanya dan makan bersama dengan mereka. Ketika itu, anda melihat teman anda mengangguk-anggukkan kepalanya saat orang tuanya mengeluarkan pernyataan yang cenderung konservatif terhadap hal yang diyakininya.

Sebelumnya, anda sudah memiliki atribusi tertentu tantang teman anda sehubungan dengan nilai yang ia yakini. Dari informasi itu, anda akan memiliki persepsi atau harapan tertentu tentang dirinya (bahwa dia adalah orang yang liberal). Ketika kemudian ada faktor eksternal, yaitu orang tuanya, anda memperoleh informasi baru tentangnya (bahwa dia adalah orang yang mau berkompromi dan tidak mau beradu argument dengan orang tuanya).
Pada dasarnya, kulik (1983) menyebutkan bahwa seseorang memiliki atribusi tentang orang lain sesuai dengan skema yang ada dalam pikirannya. Jika seseorang berperilaku sesuai dan konsisten dengan skema itu, kita akan percaya bahwa hal itu terjadi karena sesuatu dalam dirinya (dispositionally caused). Akan tetapi, saat dia sikapnya berbeda, kita akan percaya bahwa itu terjadi karena situasi yang mendukungnya (situationally caused).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar